sockslovely.com – Bisnis pariwisata Indonesia sedang berada di persimpangan besar: pemulihan kuat pasca-pandemi, target devisa ambisius, dan dorongan digitalisasi menjadi modal baik. Namun, tantangan dari overtourism, distribusi wisata yang timpang, prioritas rendah pemerintah, dan tekanan ekonomi global bisa menjadi hambatan serius. Kunci kesuksesan terletak pada penerapan strategi berkelanjutan, sinergi multi-stakeholder, serta penguatan segmen premium dan destinasi baru agar sektor ini dapat tumbuh seimbang dan berkelanjutan ke depan.
- Kunjungan dan devisa meningkat: Pemerintah menargetkan devisa pariwisata sebesar US$ 22,1 miliar pada 2025—menguat dari US$ 14,6 miliar di 2023.
- Kunjungan mancanegara melesat: Jumlah wisatawan asing ke Indonesia naik pesat dan mendekati 2019, tercatat 1,9 juta pada Oktober 2024 (naik 22 % YoY) dan terus tumbuh untuk mencapai target 16 juta pengunjung di 2025 .
Tren & Peluang Bisnis Pariwisata
- Destinasi baru & pasar niche: Fokus pemerintah didorong ke super-prioritas seperti Labuan Bajo, Mandalika, Danau Toba, dan Borobudur untuk menarik turis berkualitas tinggi; inklusi wisata halal dan wellness tourism tumbuh signifikan.
- Kenaikan pariwisata domestik: Q1 2025 mencatat 282 juta perjalanan nusantara (+12,7 % YoY); momentum ini dianggap vital bagi sektor travel & hospitality.
- Lonjakan wisatawan Tiongkok: Kunjungan wisatawan China meningkat pesat dari 788 ribu di 2023 ke target 2 juta di 2025, dengan wisatawan ini menunjukkan pengeluaran yang tinggi.
Tantangan Struktural Bisnis Pariwisata
- Dominasi Bali & overtourism:
- Bali menyumbang sekitar 45 % kunjungan mancanegara, namun mengalami tekanan lingkungan dan sosial tinggi; sampah, kemacetan, serta konflik budaya marak.
- Pemerintah memberlakukan moratorium pembangunan hotel/villa dan memperkenalkan pajak wisatawan $9–10 untuk mengendalikan overtourism.
- Pengutamaan ‘quality tourism’:
- Regulasi lebih ketat diberlakukan; turis nakal dan pelanggar aturan imigrasi bisa deportasi atau kena sanksi berat.
- Branding wisata diarahkan ke model premium & bertanggung jawab, tak lagi hanya bergantung jumlah massal.
- Kurangnya prioritas sektor:
- PHRI menyebut pariwisata kurang diprioritaskan sebagai motor ekonomi baliprov.org, hanya jadi “aksesori”, sehingga investasi dan dukungan infrastruktur masih terbatas.
Penyesuaian Strategis yang Dilakukan
- Digitalisasi dan pemasaran online: Platform online travel seperti Tiket.com meningkat transaksi 20 %, dukung ekonomi digital pariwisata.
- Infrastruktur terpadu: Connectivity meningkat, seperti pengembangan bandara dan dukungan aksesibilitas untuk destinasi alternatif .
- Sinergi multi‐sektor: Gerakan Wisata Bersih, promosi berganda di ajang internasional, dan kolaborasi lintas kementerian dalam pengembangan desa wisata.
Prospek Bisnis & Rekomendasi
- Segmen premium stabil: Hotel butik dan resort high-end diperkirakan tetap diminati—khususnya dari wisatawan kaya seperti Tiongkok dan Australia.
- Risiko sektor mid-market: Jika kelas menengah domestik dan internasional melemah, bisnis kelas menengah seperti hotel 3–4 bintang berisiko .
- Diversifikasi destinasi: Pelaku usaha perlu salurkan emisi ke destinasi baru yang berkelanjutan seperti Yogyakarta, Sulawesi, Papua, hingga Lombok .
- Pengembangan SDM & regulasi: Perlu peningkatan kapasitas sumber daya manusia pariwisata, sertifikasi, dan pengawasan yang lebih baik.